Persaudaraan Yang Tulus
"Begitulah kecintaan sesama muslim terhadap saudaranya seagama, ia lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri"
Perang Uhud telah berakhir, tapi belum semua korban yang jatuh ditemukan jenazahnya. Sehingga petang hari itu sahabat Nabi S.a.w, Sayyidina Umar bin Khattab R.a sengaja pergi ke bukit Uhud untuk untuk mencari mereka para pejuang muslim, barangkali masih ada yang bisa diselamatkan.
Perang Uhud telah berakhir, tapi belum semua korban yang jatuh ditemukan jenazahnya. Sehingga petang hari itu sahabat Nabi S.a.w, Sayyidina Umar bin Khattab R.a sengaja pergi ke bukit Uhud untuk untuk mencari mereka para pejuang muslim, barangkali masih ada yang bisa diselamatkan.
Ketika itu tiba-tiba Sayyidina Umar mendengar ada suara memanggil-manggi
nama Allah sambil minta seteguk air. Buru-buru Umar melangkah
mendatangi tempat suara itu. Dijumpainya seorang prajurit muslim yang
masih muda umurnya dengan luka parah yang mengerikan. Pemuda itu haus,
meminta minum.
Umar segera berjongkok dan mengangkat kepala pemuda itu. Ia sudah
mendekatkan buli-buli airnya ke mulut prajurit tersebut.
Sekonyong-konyong dari arah yang lain kedengaran suara seseorang
menyebut-nyebut nama Allah, yang juga minta minum karena kehausan.
Pemuda tadi memberi isyarat kepada Umar bahwa ia mengurungkan
permintaannya untuk minum, dan menyuruh Umar agar memberikan airnya
kepada orang yang memanggil-manggil barusan, barangkali ia lebih
membutuhkan air daripada dirinya.
Maka pemuda tersebut dibaringkannya kembali, dan Sayyidina Umar bergegas
menuju suara yang kedua. Tiba di sana, dilihatnya seorang pejuang
muslim setengah tua, dengan kedua tangannya telah terkatung, memohon
agar Umar bersedia memberinya minum. Bibirnya pecah-pecah, dan wajahnya
penuh darah. Dengan penuh rasa iba Sayyidina Umar mengangkat kepala
orang itu, ia segera menyodorkan tempat air ke mulutnya. Namun menjelang
air itu menetes ke bibir korban perang yang kesakitan tadi, di seberang
mereka kedengaran suara memilukan berseru-seru; "Allah..., Allah..., Haus..., Haus....".
Rupanya pejuang yang kedua ini juga mendengar suara tersebut. Maka ia
menggelengkan kepala, menampik air yang hendak diberikan kepadanya.
Dengan suara yang lirih hampir tidak tertangkap oleh telinga Umar,
Pejuang ini berkata, "Berikan...air ini...kepada saudaraku itu...mungkin ia lebih menderita...daripada aku.".
Segera Sayyidina Umar pun bangkit dan meninggalkan tempat tersebut
menuju ke seberang. Di sana seorang tentara Islam yang usianya sudah
lanjut tergeletak luka parah tanpa daya. Pada waktu Sayyidina Umar
berjongkok cepat-cepat untuk menolong orang ini, ternyata prajurit tua
tersebut sudah keburu menghembuskan nafas penghabisan.
Sayyidina Umar sangat sedih. Ia segera meninggalkan prajurit tadi dan
tergopoh-gopoh berlari ke tempat prajurit termuda tadi memanggil-manggil
Allah dan minta air. Sampai di sana, pemuda itupun baru saja melepas
nyawanya. Umar kian sedih. Tapi ia tidak membuang waktu, ia bergegas
kembali ke tempat prajurit kedua yang meminta pertolongan sesudah anak
muda itu. Di sana pun si pejuang yang menderita akibat keganasan perang
tidak mampu lagi membuka bibirnya untuk meneguk setetes air pun karena
ia juga sudah meninggal dunia.
Sayyidina Umar bin Khattab terpaku ditempatnya berdiri. Begitulah
kecintaan sesama muslim terhadap saudaranya seagama, hingga
ketiga-tiganya tidak ada yang sempat minum lantaran lebih mementingkan
orang lain daripada dirinya sendiri.
~ K.H. Abdurrahman Arroisi ~
30 Kisah Teladan, penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
30 Kisah Teladan, penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung